Fansub (Kependekan dari fan-subtitled) adalah versi acara televisi yang telah dialihbahasakan oleh para penggemar dan telah diberi teks terjemahan dalam bahasa selain bahasa aslinya. Materi yang paling umum dalam fansub berbahasa Inggris adalah Anime Jepang. Fenomena yang serupa berlaku juga dalam bahasa secara umum selain bahasa Inggris.
Karena tindakan pendistribusian "materi yang disubtitle oleh fan" merupakan pelanggaran hak cipta di beberapa negara, implikasi dari kegiatan produksi, distribusi, dan menonton fansub adalah topik yang penuh kontroversi sepanjang masa, meskipun faktanya kelompok fansub tidak mengambil keuntungan finansial dari kegiatan mereka (meskipun ada kelompok tertentu yang melakukannya), dan dalam banyak kasus menghentikan distribusi apabila pekerjaan mereka menjadi materi terlisensi dalam region bersangkutan.
Daftar isi
Evolusi Fansub
Fansub bermula ketika ledakan produksi anime sekitar tahun 1980-an di Jepang.
Pada saat itu relatif sedikit judul yang terlisensi untuk
didistribusikan di luar Jepang. Hal ini membuat fans Anime di seluas
dunia kesulitan untuk mendapatkan judul-judul baru. Beberapa fans, pada
umumnya mereka yang sanggup berbahasa Jepang, mulai memroduksi anime
bersubtitle amatiran agar dapat dibagikan kepada rekan-rekan sesama
pecinta Anime Jepang - yang tidak dapat berbahasa Jepang. Agar terhindar
dari masalah legalitas, maka fansub menerapkan prinsip "distribusi
tanpa mengambil keuntungan".
Media pertama yang dipergunakan untuk mendistribusikan fansub adalah VHS. Tentu saja media demikian membuat Anime
yang didistribusikan rendah secara kualitas, memakan waktu lama dalam
produksi, susah didapatkan, dan mahal! (sekitar US$4000 pada tahun
1986). Dibuat dalam jumlah terbatas dan didistribusikan ke
kelompok-kelompok pecinta anime lokal melalui jasa ekspedisi.
Seorang fans dapat memperoleh anime dengan harga yang pantas, atau
dapat juga menghubungi kelompok yang bersangkutan untuk mendapatkan kopi
dari fansub dengan menggunakan video kaset blank milik mereka sendiri.
Namun, melalui kemajuan dan semakin umumnya akses Internet
berkecepatan tinggi, video editing, dan DVD ripping desktop, metode asli
dalam produksi fansub telah ditinggalkan dan diganti menjadi digital fansubbing (digisubbing)
dan menggunakan metode distribusi elektronik sebagai hasil dari
digisub. Hal ini memungkinkan proses pembuatan fansub yang semula sangat
susah, sangat lambat dan dengan hasil kualitas rendahan menjadi lebih
murah, mudah dan cepat dan dengan kualitas terbaik yang bisa dibuat,
bahkan bisa dibandingkan dengan kualitas aslinya. Beberapa kelompok
bahkan menrilis dalam kualitas HD.
Meskipun demikian, sebagian besar fansub membuat rilisnya jauh di bawah kualitas DVD,
sering kali dengan channel suara lebih sedikit dan kualitas gambar
lebih rendah. Ini disebabkan fansub mengambil material yang berasal dari
rekaman TV.
Bahkan fansub yang menggunakan materi berasal dari DVD pun mempunyai
kualitas yang lebih rendah. Ini disebabkan karena standard ukuran file :
175 MB, 233 MB, dan 350 MB. Standart tersebut diterapkan oleh fansub
karena itu adalah angka yang genap dibagi dalam medium 700Mb - ukuran
standard kebanyakan CD-R. Sejak diperkenalkan medium DVD,
ukuran 172 MB dan 344 MB juga dipergunakan, ini memungkinkan anime
sepanjang 13 atau 26 episode (satu season) untuk muat ke dalam satu
keping DVD. Namun, sejak sebagian besar dari digisub menggunakan metode
kompresi MPEG-4 yang lebih bagus, dibandingkan dengan metode kompresi MPEG-2 yang digunakan dalam DVD, pernedaan kualitas dengan DVD asli menjadi semakin tipis meskipun ukuran filenya lebih kecil.
Digisub sekarang berada pada titik kualitas dan pada tingkat aksesibilitas yang sedemikian tinggi, meskipun anjuran yang diberikan fansub untuk membeli kopi asli dari Anime sering kali dilanggar namun penelitian
yang dibuat dari Yale Economic Review menunjukkan bahwa orang-orang
yang mendownload fansub juga membeli originalnya bahkan tidak kurang
dari orang yang tidak mendownload fansub. Kesimpulan ini kemudian
menjadi pertanyaan serius. Stabilitas perekonomian di Amerika Serikat dan Jepang sulit mengukur secara tepat konsekuensi yang ditimbulkan oleh digisub dalam industri komersial.
Beberapa komunitas anime berpendapat bahwa digisubbing telah berubah
fungsi yang semulanya berupa sebuah kultur fansub menjadi sesuatu yang
tidak lebih daripada pembajakan sarana hiburan yang murah, dan bahkan
menganggapnya sama dengan Zero day warez trading. Beberapa fansub bahkan
muncul di situs-situs wares - meskipun hal itu disebabkan karena trader warez
yang kebetulan juga adalah fans anime, yang kemudian secara tidak
sengaja berlanjut ke situs-situs yang menempatkan Anime dan materi
pornografi di tempat yang sama.
Awal Mula Fansub
Fansub pada awalnya atau fansub-fansub "tradisional" diproduksi dengan menggunakan peralatan editing video analog. Mula-mula, mendapatkan sebuah kopi dari material aslinya. Sumber raw yang paling umum pada masa itu adalah laserdisc. Namun, tape VHS
komersial atau rekaman rumahan pun bisa digunakan, yang tentu saja akan
berpengaruh pada kualitas hasil akhirnya. Kemudian script translasi
dibuat sama berdasarkan dialog yang ada pada video raw. Lalu di-timing.
Timing adalah proses untuk menempatkan "waktu awal" (Synch-Point) dan
"waktu akhir" dari setiap baris dari subtitle;
hal ini yang menentukan berapa panjang subtitle akan tampak di layar.
Timing biasanya dilakukan oleh sebuah software komputer yang didesain
secara spesifik untuk maksud tujuan tersebut. Orang yang melakukan
timing akan menempatkan, mengubah, menghilangkan text subtitle menggunakan komputer. Dua program yang paling populer untuk hal ini adalah JACOsub (di Commodore Amiga) dan Substation Alpha (di MS Windows).
Ketika skrip
sudah ter-timing, langkah berikutnya adalah memroduksi satu buah master.
Master berupa kualitas tinggi dari fansub yang sudah jadi - yang dari
sini kopi-kopi untuk didistribusikan dibuat. Fansuber akan memutar ulang
video raw di dalam perangkat komputer dengan sebuah genlock untuk
menciptakan subtitle yang melekat pada gambar raw. Pilihan perangkat
untuk membuat hal ini adalah Amiga PC - sama seperti yang digunakan
subber profesional - tentu dengan harga yang luar biasa mahal. Hasil
akhir dari proses ini yang disebut "master" kemudian direkam pada sebuah
tape S-VHS dengan maksud untuk mengoptimalkan kualitasnya, meskipun
beberapa fansuber terpaksa menggunakan VHS yang lebih murah dan tentu
dengan kualitas lebih rendah. Setelah selesai, master ini dikirimkan
kepada distributor.
Fansub distributor (yang mendistribusikan video ke fans-fans)
biasanya adalah kelompok yang berbeda dengan fansubber yang melakukan
translasi dan memroduksi master. Karena sebagian besar anggota dari
kelompok fansub tidak mengharapkan keuntungan dari kegiatan mereka, maka
fansub biasanya tidak "dijual". Pada umumnya, seorang fan yang
menginginkan sebuah kopi dari anime yang diinginkan akan mengirimkan
tape VHS blank ke distributor beserta pembayaran alakadarnya sebagai
pengganti ongkos kirim. Distributor akan merekam master ke kaset yang
dikirimkan "pelanggan", kemudian mengirimkannya kembali. Atau dengan
cara lain, distributor dapat menjual VHS VHS kopian, namun dengan harga
yang rendah ... yang hanya ditujukan untuk menutupi biaya kaset blank
dan ongkos kirim.
Metode fansubbing seperti ini sangat menghabiskan biaya bagi para
fansubber dan distributornya. Karena raw biasanya didapatkan dengan
harga yang relatif mahal; hampir semua Anime dalam format Laserdisc
(atau berupa tape) berharga lebih dari US$50, dan bahkan banyak yang
lebih dari $100. Padahal setiap laserdisk yang seharga $50 biasanya
berisi tidak lebih dari 30 menit. Jadi memperoleh raw berkualitas untuk
satu seri penuh Anime dengan panjang seri pada umumnya bisa memakan
biaya $1000. Juga, banyak kelompok fansub yang membayar translator
profesional untuk membuat skripnya. Belum lagi, perangkat produksi video
yang dibutuhkan seperti : Lasedisc player, PC, genlock, dan recording
deck untuk memroduksi master; ditambah lagi dua atau lebih video deck
untuk bagian distribusi. Perangkat video seperti player, recorder dan
editing deck pada waktu itu harganya luar biasa mahal; harganya dalam
ribuan US dollar.
Kualitas video pada zaman fansub permulaan masih belum bagus.
Mahalnya perangkat yang dibutuhkan memaksa beberapa kelompok fansub
untuk menggunakan perangkat yang lebih murah namun dengan hasil yang
lebih rendah. Bahkan ketika LD berkualitas tinggi sebagai raw material
digunakan beserta perangkat-perangkat professional, hasil akhirnya tetap
saja berupa kopi berkualitas kelas tiga. Sesungguhnya, sebagian besar
fansub pada zaman itu bahkan mendistribusikan kopi-kopi ber kelas-empat
dan kelas-lima, karena tidak menggunakan perangkat profesional. Meskipun
kualitas rekamannya yang sangat rendah, namun kualitas translasi dan
editingnya tidak berbeda jauh dengan fansub-fansub profesional modern.
Teknik Fansub Modern
Fansub
modern diproduksi hampir seluruhnya menggunakan komputer. Raw masih
diperlukan, namun tidak seperti fansubber yang tergantung kepada laser
disc, sebagian besar raw berasal dari rekaman TV Jepang yang bisa
didapat melalui program peer-to-peer Jepang seperti Winny atau Share.
Rekaman TV adalah materi raw yang digunakan sebagian besar fansub, baik
dalam bentuk transport stream
atau sudah ter-encode menjadi MP4. Kebanyakan grup fansub internasional
mempunyai seorang 'capper' yang bertugas merekam siaran TV di Jepang
khusus untuk grup itu.
Seringkali suatu grup melakukan rilis ulang saat DVD atau Blu-Ray suatu seri telah tersedia, dengan kualitas gambar dan suara yang lebih baik daripada rilis yang bersumber dari rekaman TV.[butuh rujukan]
Untuk anime lama yang tidak berada dalam DVD, fansubber modern
menggunakan peralatan komputer dengan perangkat video capturer yang
rumit untuk mengambil gambar digital dari media analog seperti laser disc atau tape.
Ketika video sudah berada dalam komputer, video tersebut dapat diedit
dan dibubuhi subtitle dengan sedikit sekali atau tanpa penurunan
kualitas, tidak seperti proses fansub tradisional. Namun, sebagian besar
format encoding yang digunakan oleh fansubber memang menyebabkan
penurunan kualitas dari medium aslinya. Seperangkat PC
yang relatif murah dapat melakukan semua manipulasi yang dibutuhkan,
tanpa diperlukan peralatan yang kompleks dan mahal seperti editing decks
dan genlock.
Translasi biasanya dilakukan dengan mendengarkan rekamannya. Sebagian
besar, translatornya bahkan tidak berpengalaman dalam hal teknologi
fansubbing dan hanya melakukan translasi saja. Kalau yang komersial
rilis biasanya mendapatkan script dialognya untuk di sulih suara,
sebaliknya fansubber hanya mengandalkan telinga. Hal ini sering kali
menyebabkan kesalahan penerjemahan dalam penulisan nama yang tidak
jelas. Biasanya kesalahan yang umum adalah pada Anime yang menggunakan
nama nama barat. Hal ini disebabkan karena pengucapan yang ambigu dari
bahasa Jepang untuk menyebutkan istilah-istilah asing. Misalnya nama
Alice akan terdengar sebagai "Arisu". Inilah yang menyebabkan beberapa
fansub bisa menggunakan penulisan yang berbeda. Contoh yang terkenal
misalnya Winry Rockbell dari Full Metal Alchemist, yang dituliskan sebagai Winry dan Winly oleh dua fansub yang berbeda.
Cara alternatif untuk memroduksi fansub adalah menggunakan raw
video dari jepang dengan video yang telah dibubuhi subtitle dalam
bahasa lain, biasanya bahasa Mandarin. Orang orang Cina juga memiliki
kelompok fansub yang beredar di Internet. Beberapa fansubber yang
dikenal melakukan penerjemahan dari bahasa Mandarin ke bahasa Inggris
dari bahasa aslinya - Jepang. Hal ini biasanya menyebabkan penurunan
keakurasian translasi karena melalui dua kali proses translasi. Contoh
dari fansub yang keseluruhannya menggunakan terjemahan dari bahasa
Mandarin adalah My-Otome (Doremi subs) yang menggunakan 2 penerjemah
bahasa Mandarin - Inggris dan tentunya melalui beberapa translation
checker untuk memeriksa kecocokan dengan bahasa aslinya - Jepang. Dengan
cara yang sama, fansub berbahasa Inggris bisa diterjemahkan ke bahasa
lainnya.
Setelah proses translasi selesai, subtitle kemudian di timing (menggunakan SubStation Alpha, Aegisub, Sabbu
atau JACOSub), melewati proses typeset, dan pengecekan error (quality
control, atau disingkat QC). Kemudian subtitle di-encoding menggunakan
VirtualDub atau program sejenis pada distribusi dengan hardsub, atau
di-mux kedalam kontainer media, biasanya matroska, pada distribusi dengan softsub.
Ada beberapa metode subbing yang sekarang digunakan. "Hard" subtitle,
atau disebut hard subs, adalah subtitle yang menjadi satu dengan video
melalui proses encoding
dan mencetak subtitel ke tiap frame video sehingga tidak dapat
dihilangkan tanpa menurunkan kualitas videonya (bisa dilakukan dengan
VirtualDub Filter). "Soft" subtitle, atau disebut soft sub, adalah
subtitle yang disertakan dalam kontainer media atau bisa berupa file
terpisah. Dengan program-program yang tepat softsub akan muncul ketika
video dimainkan seperti hardsub. Hardsub secara tradisional lebih
populer daripada softsub karena kekhawatiran yang ditimbulkan akibat
support atau tidaknya player lebih kecil dan juga lebih susah diplagiat.
Namun, belakangan (mulai tahun 2006) sebagian besar fansub sudah mulai
menggunakan softsub. Dengan menggunakan softsub suatu grup bisa
memberikan beberapa jenis subtitle ke dalam suatu video, beberapa
kelompok merilis fansub dengan menggunakan dua bahasa yang berbeda atau
dengan gaya yang berbeda tergantung kesukaan.
Internet memungkinkan fansub berkolaborasi dengan baik. Komunitas
fansubbing online pun bisa merilis satu episode penuh yang tersubtitle
(termasuk efek pada karaoke, tulisan kana & kanji
dan informasi tambahan) dalam kurun waktu kurang dari 24 jam setelah
ditayangkan pertama kali di Jepang. Website seperti stormberry.tv
memungkinkan soft subtitle yang dipilih untuk ditayangkan bersama stream
video dari youtube.
Dalam kasus hard subtitle, sebuah video editor (umumnya VirtualDub)
menggunakan AVISynth script dan VSFilter untuk me-load file raw video
beserta file subtitle yang kemudian software video tersebut "mencetak"
subtitle di atas raw video yang digunakan.
Hasil akhir dari proses fansubbing ini adalah sebuah file video untuk
komputer, beserta file subtitle jika metode yang digunakan adalah soft
sub (apabila data subtitle tidak menjadi satu dengan file video). File
file tersebut bisa dikopi ke CD atau DVD untuk distribusi fisik, tetapi
yang paling sering adalah menggunakan protokol-protokol file sharing
online seperti viral video, BitTorrent dan bot file-sharing di IRC.
Metode yang seperti ini memungkinkan fans anime modern untuk
mendownload hasil akhir dari fansub dengan biaya yang sedikit atau tanpa
biaya sama sekali, begitu juga dengan distributornya.
Distribusi
Di
akhir tahun 1990 dan pada awal tahun 2000, fansub dalam format
elektronik didistribusikan seperti zaman tape VHS dulu : dengan
menggunakan CD-R. Karena sebagian besar fans tidak memiliki akses
internet berkecepatan tinggi dan sebagian lagi tidak dapat mendownload
file dalam ukuran besar. Bahkan masih ada yang mendistribusikan dengan VHS, seperti dalam kasus Sailor Moon yang didistribusikan dalam kurun waktu 7 tahun.
Memasuki tahun 2006, sebagian besar fansub mendominasi BitTorrent dan
IRC channel. Website-website Fansub anime menyediakan informasi yang
cepat sehubungan dengan rilis-rilis fansub. Dan karena media-media
seperti CD-R dan DVD-R yang terus berkembang, standard ukuran file lama kelamaan telah ditinggalkan.
Sebuah playback video dan audio yang khusus diperlukan. Tambah lagi,
banyak file video yang menggunakan format multimedia container yang
spesial seperti OGM dan Matroska. Decoder yang spesial diperlukan untuk
dapat memainkan format itu juga. Keuntungan utama dari menggunakam media
OGM dan Matroska adalah memungkinkan satu buah file untuk memiliki
fitur DVD, seperti : audio track yang berbeda, subtitle yang berbeda,
dan chapter. Dan file multimedia container ini dapat di demux kembali
menjadi file-file individual, di mana file-file individual ini dapat
dikembangkan lagi sesuai keinginan (misalnya, subtitle yang salah ketik)
kemudian di remux menjadi satu kembali.
Legal dan Isu Etikal
Fansub
sejak dari semula memegang kode etik dan tidak menganggap diri mereka
sebagai pembajak. Karena fansub dibuat oleh fans dan untuk fans, dan
tidak ditujukan untuk keuntungan komersial, sebagian fans tahu benar
bahwa fansub tidak boleh dijual untuk maksud keuntungan finansial.
Fansub-fansub kalau tidak diberikan secara cuma-cuma biasanya dijual
senilai dengan harga produksi (ongkos medium blank dan ongkos kirim).
Banyak fansub bahkan dalam rilis mereka menyertakan kata kata seperti "This is a free fansub: not for sale, rent, or auction"
(Ini fansub gratis : bukan untuk dijual, disewakan, atau dilelang!)
yang terdapat di eyecatch dengan tujuan mencegah botlegger melanggar
kode etik ini. Namun beberapa situs tetap saja mewajibkan membayar
bulanan untuk dapat mendownload dengan menjanjikan bandwidth yang lebih
besar.
Sebagian besar fansubber biasanya hanya mengerjakan material yang tidak terlisensi di area domestik tempat mereka berada. Apabila ada perusahaan domestik ayang membeli lisensi distribusi, maka fansub yang bersangkutan akan menghentikan rilisnya untuk judul yang sama. Dengan sebuah perkecualian, apabila licensor bermaksud untuk mengedit isi anime secara berat tanpa mengeluarkan versi uncut-nya, seperti dalam kasus berhubungan dengan 4Kids Entertainment.
Fansubber mengklaim posisi distribusi secara gratis selama tidak ada suatu badan yang memiliki lisensi untuk mendistribusikan Anime yang bersangkutan di region atau negara tempat distribusi fansub berada. Tapi hal ini melewati fakta bahwa hak cipta itu dihargai secara internasional dan tanpa batasan region meskipun tidak ada licensor yang membeli hak izin distribusi, pencipta aslinya masih tetap mempunyai wewenang atas hak milik mereka di seluas dunia. Argumen yang berbeda mengungkapkan fakta bahwa fansub diperuntukkan bagi orang-orang yang tidak dapat berbicara bahasa aslinya dan tidak dapat menjangkau tayangannya yang dibroadcast atau tidak mempunyai akses untuk itu. Tanpa kelompok fansub, beberapa fan anime tidak mempunyai pilihan lain dalam memperoleh material yang bahkan seharusnya terkenal. Misalnya Yakitate!! Japan dan Gintama yang saat ini populer di kalangan komunitas fansub, namun tidak ada tanda tanda pembeli lisensi untuk Amerika Utara (berbahasa Inggris), dan kelihatannya perusahaan produksinya di Jepang tidak menunjukkan tanda-tanda mau merilis dengan subtitel professional ke luar negeri.
Pendukung fansub menunjuk pada akibat positif dalam publisitas perindustrian anime melalui fansub. Ada banyak kasus di mana beberapa lisensor pada mulanya meremehkan beberapa judul, dan kemudian belakangan membeli lisensinya setelah fansub membuat judul yang bersangkutan meledak dan populer. Salah satu contohnya adalah Azumanga Daioh, yang sekarang dilisensi oleh ADV Films. Dalam A-Kon ke 15 musim panas 2005, ADV mengakui bahwa mereka sebelumnya berpikir bahwa Azumanga Daioh tidak akan populer di Amerika. Kemudian belakangan ADV memutuskan untuk membeli lisensi anime ini setelah menyaksikan kepopulerannya dalam komunitas fansub.
John Sirabella dari Media Blasters belakangan terlibat dalam diskusi panjang dengan fans sehubungan dengan topik ini, dan mengungkapkan " But let's be honest, how many people download and never buy? If I have to count the number of people who come by my table and say I already downloaded that one, I would not need to release anymore titles. The idea that somehow everyone is honest and only downloads to preview and later buy is a fallacy. The other problem with downloads is that you convince the border line people to go download and not buy because it so easily available. The people who only download will always download and never buy but it is that bigger audience who than believe "downloads are okay, everyone does it." "
Peranan fansub telah berpengaruh besar dalam membuat anime menjadi populer yang kemudian dilirik oleh dua distributor besar. Dalam video promosi peluncuran The Melancholy of Haruhi Suzumiya lisensi Amerika, Kadokawa Pictures USA dan Bandai Entertainment secara spesial memberikan ucapan terimakasih kepada para pemirsa fansub dan menganjurkan mereka untuk membeli rilis officialnya. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah [[Perusahaan Jepang]] mengakui dan menerima fansub, tetapi tentu hal itu bukannya berarti mendukung fansub.
Para penentang fansubbing membalas dengan menunjuk kepada "sisi gelap" fansubbing. Di mana ketika sebagian besar fansubbing menghentikan distribusi ketika judul tersebut terlisensi di Amerika Utara, masih ada beberapa yang terus melanjutkan kegiatannya jauh setelah itu. Tentu ini bertentangan dengan kode etik dasar dari fansubbing. Apabila tayangan aslinya terpaut sangat jauh dengan yang terlisensi (Bleach, misalnya, baru dilisensi setelah sampai episode 70 an. Dan Naruto 150 an episode), maka beberapa fansub akan terus memroduksi episode-episode selanjutnya. Ketika Cartoon Network menayangkan Naruto episode 117 fansub memroduksi episode 245 dan lebih.
Ada beberapa contoh kasus di mana beberapa perusahaan yang memiliki lisensi dari keseluruhan seri dari sebuah judul hanya menrilis sebagian di Amerika. Seperti Sailor Moon dan Fist of North Star. Seperti yang disebutkan 'Bishoujo Senshi Sailor Moon Sailor Stars', seri terakhir dari Sailor Moon tidak pernah dirilis di Amerika, sedangkan Fist of North Star hanya dirilis bagian-bagian awal dari keseluruhan seri, berhenti di produksi di episode 36. Judul lainnya dengan kasus yang serupa adalah Air Master, Slam Dunk dan BT'x. Masalah ini memunculkan apa yang disebut daerah operasi abu-abu bagi para fansubber. Ketika misalnya semua episode Fist of the North Star terlisensi di Amerika, namun hanya sebagian episodenya yang tersedia. Fan yang ingin membeli keseluruhan serinya mendapatinya mustahil. Namun, fansub dapat mengambil peranan di sini.
Kritik kepada fansub selalu menyimpulkan bahwa distribusi digital berpengaruh negatif pada industri anime di Amerika. Namun, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa fansub menciptakan sebuah fanbase yang memungkinkan pemegang hak cipta untuk "menjumlah laba bersih dari fans yang sudah siap untuk mengeluarkan ribuan dolar untuk judul tersebut'" baik di Jepang maupun di Amerika. Seperti yang dibuktikan oleh komentar Sirabella, kasusnya tidak hanya demikian. Masalah lain yang muncul adalah beberapa kelompok yang mengunduh fansub kemudian menjadikannya bootleg DVD. Banyak Bootlegger Hong Kong yang merusak reputasi fansub, dengan mendistribusikan DVD bootleg dari fansub bahkan beserta peringatan "Tidak untuk dijual" juga. Aksesibilitas fansub dalam Internet menuntun ke aspek pembajakan lebih hebat ketimbang zaman fansub VHS.
Beberapa kelompok fansub internasional juga berasal dari Indonesia, salah satunya adalah Anime-RG [1] yang merupakan kumpulan dari mahasiswa yang berkuliah di Bandung. Akhir-akhir ini juga banyak bermunculan grup fansub yang mengerjakan terjemahan anime ke bahasa Indonesia.
Referensi :
1. ^ "“Anime-RG fansub”". Diakses tanggal 31 Mei 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar